Dalam kepribadian ada satu hal yang tidak bisa dirubah, yaitu Temprament. Selain daripada temperament semua bisa diubah, tergantung kita mau mengubahnya atau tidak.(perubahan butuh usaha, butuh tenaga, dan butuh sebuah motivasi yang dahsyat).
Kita tahu bahwa semua orang yang ingin mendapatkan hidup enak, kaya, dan serba ada. Namun berapakah orang yang mau mengusahakan untuk mendapatkan itu. Kita juga tentu tahu bagaimana seorang promotor sukses ketika berusaha, berjuang, dan berupaya. Ya….. kita sama-sama tahu, seorang promotor sukses itu harus bisa mengubah kebiasaannya, tekun, kreatif, berani, percaya pada dirinya bahwa ia bisa, memiliki cinta, menghilangkan Blok Mental (negative thingking, menunda-nunda), keuletan, dan kerja cerdas.
Semua orang memiliki hak yang sama di dunia ini, termasuk menjadi kaya. Namun itu semua adalah pilihan bagi setiap orang. Ketika ia malah malas, pesimis, suka menunda-nunda, kita tentu tahu bahwa pilihannya adalah menjadi orang yang gagal. Saya mendapat pesan dari guru saya… seorang motivator, seorang hipnoterapi & NLP-er, seorang ustad pula bernama Asep Khairul Gani. Pesannya adalah: “setiap manusia dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, karna pada dasarnya ketika ia hidup sebenarnya hidupnya dia juga adalah sebuah masalah. Dimana nanti ia akan mempertanggung jawabkan segala urusannya di akhirat”. Dari peryataan diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap orang bisa melakukan sesuatu hal yang luar biasa. Teringatkah kita ketika kita masih berupa sel sperma. Sel sperma untuk menjadi sebuah zigot(bakal bayi), yang diterima pada ovum hanya satu sperma. Padahal jumlah sperma yang diluncurkan jumlahnya hingga berjuta-juta. Siapakah yang satu itu?. Itu adalah anda. Saya yakin anda tahu apa yang harus dilakukan ketika anda ingin sukses menjadi sebuah promotor. Dimulailah yang kecil-kecil dahulu menjadi promoter sukses tidak langsung jadi. Karena ada sebuah proses yang harus kita lewati.
Ditulis oleh: Agus Setyadi H.
Kamis, 29 Januari 2009
Selasa, 27 Januari 2009
Tentang Akhlak (Bag 2)
Manusia adalah makhluk yang Dhaif, dikarenajan keimanannya yang fluktuatif (naik-turun). Keimanan manusia yang erat dengan ruhaniahnya. Dalam arti ketika ruhaninya mengalami peningkatan, kemimananya pun juga mengalami peingkatan. Dinamika ruhani tergantung bagaimana daya-daya ruhani tersebut menjalankan fungsinya. Ketika ruhani manusia itu bersih maka akan menjadikan akalnya menimbang sesuai dengan ketentuan Allah. Akal tidaklah bekerja sendiri karena ada hati yang memilih. Dimana hati ketika suci ia akan mendapat pencerahan dari Allah SWT. Kemudian bagaimanakah terbentuknya sebuah Akhlak?. Akhlak terbentuk diawali dengan niat. Kita sudah membicarakan niat bermula dari sebuah ide, yang kemudian menguat menjadikan sebuah Azam(tekat kuat) hingga ia menjadi niat. Saya akan gambarkan dalam sebuah bagan bagaimana sebuah niat menjadi sebuah akhlak.
Niat => Perilaku => Kebiasaan => Akhlak
Dari bagan diatas bisa tuliskan hal itu bermula dari sebuah wacana ke dekonstruksi menuju rekronstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. perilaku dilihat dari kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikkan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dinaikan hal itu menjadi sebuah akhlak. Paatokan ia sudah menjadi sebuah akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Paling dekat dengan aku (rasulullah) kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Ar-Ridha)
Mengenai bisikan batin bisa dijelaskan ketika manusia hendak melakukan sesuatu hal maka akal bekerja menimbang baik dan buruk. Dari akal kemudian hati (al qalb) lah yang berperan itu akan dilakukan atau tidak. Ketika Allah yang kuat dihatinya maka ketika hal itu bertentangan perintah Allah SWT itu tidak akan dilakukan. Namun manusia memiliki musuh yang tidak terlihat nafsu dan syetan. Ketika syetan membujuk manusia dan nafsunya juga mendorongnya maka ia akan melakukan sagala hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Ditulis oleh: Agus Setyadi H.
Niat => Perilaku => Kebiasaan => Akhlak
Dari bagan diatas bisa tuliskan hal itu bermula dari sebuah wacana ke dekonstruksi menuju rekronstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. perilaku dilihat dari kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikkan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dinaikan hal itu menjadi sebuah akhlak. Paatokan ia sudah menjadi sebuah akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Paling dekat dengan aku (rasulullah) kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Ar-Ridha)
Mengenai bisikan batin bisa dijelaskan ketika manusia hendak melakukan sesuatu hal maka akal bekerja menimbang baik dan buruk. Dari akal kemudian hati (al qalb) lah yang berperan itu akan dilakukan atau tidak. Ketika Allah yang kuat dihatinya maka ketika hal itu bertentangan perintah Allah SWT itu tidak akan dilakukan. Namun manusia memiliki musuh yang tidak terlihat nafsu dan syetan. Ketika syetan membujuk manusia dan nafsunya juga mendorongnya maka ia akan melakukan sagala hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Ditulis oleh: Agus Setyadi H.
Tentang Akhlak (Bag 1)
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari Khuluqun yang menurut bahasa artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kata-kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khulqun yang berarti kejadian, juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta. Demikian juga dengan makhlukqun yang berarti yang diciptakan. Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam didalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tdak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan Prof. Dr. Ahmad Amin menjelaskan akhlak ialah kehendang yang dibiasakan. Artinya adalah kehendak itu bila dibiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Meskipun kita melihat definisi akhlak berbeda-beda namun maknanya adalah sama. Proses pembentukan berawal dari suatu wacana menuju dekonstruksi kemudian menjadi rekrontruksi jika digambarkan kedalam suatu bagan seperti dibawah ini:
Ide => Kecenderungan => Keinginan kuat => Perilaku
Saya akan memberikan contoh shalat subuh berjamaah. Dalam shalat subuh berjamaah, tidak sembarang orang dapat melakukannya, seperti shalat jumat. Oleh karenanya ada beberapa ungkapan ketika kita ingin melihat berapa banyak kaum Muslim lihat pada shalat jum’at. Namun ketika kita igin melihat berapa banyak orang Mu’min, lihat pada shalat subuh di masjid. Sebelum menjadi akhlak, ia akan berwujud ke perilaku dahulu barulah ketika perilaku sudah baik akan meningkat lagi kearah kebiasaan. Ketika seseorang ingin melakukan shalat subuh berjamaah akan muncul ide terlebih dahulu. dari sebuah ide muncul kecendrungan yang akhirnya menjadi sebuah keinginan yang kuat. Dari keinginan yang kuat, ia berazzam dalam hatinya sehingga menimbulkan suatu yang bernama Niat. Dari niat yang semakin mantap sehingga menjadi sebuah perilaku. Dalam hadis disebutkan :
“Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’(Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)
Ditulis oleh: Agus Setyadi H.
Ide => Kecenderungan => Keinginan kuat => Perilaku
Saya akan memberikan contoh shalat subuh berjamaah. Dalam shalat subuh berjamaah, tidak sembarang orang dapat melakukannya, seperti shalat jumat. Oleh karenanya ada beberapa ungkapan ketika kita ingin melihat berapa banyak kaum Muslim lihat pada shalat jum’at. Namun ketika kita igin melihat berapa banyak orang Mu’min, lihat pada shalat subuh di masjid. Sebelum menjadi akhlak, ia akan berwujud ke perilaku dahulu barulah ketika perilaku sudah baik akan meningkat lagi kearah kebiasaan. Ketika seseorang ingin melakukan shalat subuh berjamaah akan muncul ide terlebih dahulu. dari sebuah ide muncul kecendrungan yang akhirnya menjadi sebuah keinginan yang kuat. Dari keinginan yang kuat, ia berazzam dalam hatinya sehingga menimbulkan suatu yang bernama Niat. Dari niat yang semakin mantap sehingga menjadi sebuah perilaku. Dalam hadis disebutkan :
“Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’(Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)
Ditulis oleh: Agus Setyadi H.
Langganan:
Postingan (Atom)