
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang lemah. Dalam menjalani ujian hidup, terkadang dirasakan sangat sulit dan berat. Banyak kita temukan orang-orang yang putus asa dan kecewa dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT sehingga dirinya menjadi kufur.
Allah SWT yang mempunyai sifat Ar-rahman dan Ar-rahim, tentu tidak pernah salah dalam memberikan rahmat dan cobaan kepada hambanya. Karena sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui tentang segala apapun yang pantas diberikan kepada hamba-hamba-Nya.
Mahabbah, atau cinta adalah konsep yang ampuh bagi manusia dalam mengatasi semua masalah yang ada pada dirinya. Arti cinta disini adalah cintanya seorang hamba terhadap Allah SWT yang melebihi dari apapun. Tidak menyekutukan-Nya, menjalankan apa yang diperintahkan-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita semua sepakat hanya Allah yang mampu menjadi sandaran seorang hamba ketika ia dalam keadaan sedih dan susah. Dan kita tahu bahwa, seorang hamba akan kembali menuju suatu Dzat Yang Maha Kekal yaitu Allah SWT. Hal ini dipertegas dalam Alquran, surat al-Hasyr ayat 22-23 yang artinya, “Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan,Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.”.

Cinta kepada Allah menjadikan hati tentram dan damai, seolah-olah dunia datang kepada kita. Cinta kepada Allah juga menjadikan kita selalu optimis dalam menghadapi sebuah realita kehidupan. Oleh karenanya, kita diwajibkan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT, karena alam semesta ini adalah kepunyaan-Nya. Layaknya seperti seorang kekasih yang dekat kepada orang yang dicintainya, kenapa kepada Tuhan yang menciptakan, kita tidak mendekatkan diri pada-Nya. Kita bisa belajar dari sahabat Rasulullah Saw yang bernama Ustman bin Affan r.a. Kecintaanya kepada Allah mendorong ia menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Namun pada kenyataanya Allah membalas cintanya dengan surga, bahkan di dunia ia tidak dijadikan seorang yang miskin dan kekayaannya berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya.” (HR. Al Hakim) Wallahu a’lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar