Senin, 14 September 2009

Akhir Hayat Syaikh Qutub

"ini bukanlah tentang terorisme!!! tapi bagaimana kita belajar tentang pendirian teguh kita sebagai muslim..."





Ulama, da’i, serta para penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlash kepadaNya, sentiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.

Di antara da’i dan penyeru Islam itu adalah Syuhada (insya Allah) Sayyid Qutb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal Beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya (di tahun 1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan merubah total kehidupan kami.

Di penjara militer pada saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda. Setiap orang-orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang-orang itu adalah para pengkhianat negara yang telah bekerja sama dengan agen Zionis Yahudi. Karena itu, dengan cara apapun kami harus bias mengorek rahasia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka membuka mulut dengan cara apapun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.

Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dan cambukan, itu sesuatu pemandangan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami tengah melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negara dan melindungi masyarakat dari para “pengkhianat keji” yang telah bekerja sama dengan Yahudi hina.

Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami mempersaksikan para ‘pengkhianat’ ini sentiasa menjaga shalat mereka, bahkan sentiasa berusaha menjaga dengan teguh qiyamullail setiap malam, dalam keadaan apapun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tidak berhenti untuk mengingat Allah. Lisan mereka sentiasa berdzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.

Beberapa di antara mereka berpulang menghadap Allah sementar ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka, atau ketika sekawanan anjing lapar merobek daging punggung mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, mereka menghadapi maut dengan senyum di bibir, dan lisan yang selalu basah mengingat nama Allah.

Perlahan, kami mulai ragu, apakah benar orang-orang ini adalah sekawanan ‘penjahat keji’ dan ‘pengkhianat’? Bagaimana mungkin orang-orang yang teguh dalam menjalankan perintah agamanya adalah orang yang berkolaborasi dengan musuh Allah?

Maka kami, aku dan temanku yang sama-sama bertugas di kepolisian ini, secara rahasia menyepakati, untuk sedapat mungkin berusaha tidak menyakiti orang-orang ini, serta memberikan mereka bantuan apa saja yang dapat kami lakukan. Dengan ijin Allah, tugas saya di penjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir di penjara itu adalah menjaga sebuah sel di mana di dalamnya dipenjara seseorang. Kami diberi tahu bahwa orang ini adalah yang paling berbahaya dari kumpulan ‘pengkhianat’ itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh makar jahat mereka. Namanya Sayyid Qutb.

Orang ini agaknya telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyeretnya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus dieksekusi mati dengan cara digantung.

Malam itu seorang sheikh dibawa menemuinya, untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum dieksekusi.

(Sheikh itu berkata, “Wahai Sayyid, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah…”. Sayyid Qutb hanya tersenyum lalu berkata, “Sampai juga engkau wahai Sheikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa ilaha illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan Laa ilaha illa Allah”. Pent)

Dini hari esoknya, kami, aku dan temanku, menuntun dan tangannya dan membawanya ke sebuah mobil tertutup, di mana di dalamnya telah ada beberapa tahanan lainnya yang juga akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, mobil penjara itu berangkat ke tempat eksekusi, dikawal oleh beberapa mobil militer yang membawa kawanan tentara bersenjata lengkap.

Begitu tiba di tempat eksekusi, tiap tentara menempati posisinya dengan senjata siap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang instalasi tiang gantung untuk setiap tahanan. Seorang tentara eksekutor mengalungkan tali gantung ke leher Beliau dan para tahanan lain. Setelah semua siap, seluruh petugas bersiap menunggu perintah eksekusi.

Di tengah suasana ‘maut’ yang begitu mencekam dan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka, masing-masing saling bertausiyah kepada saudaranya, untuk tetap tsabat dan shabr, serta menyampaikan kabar gembira, saling berjanji untuk bertemu di Surga, bersama dengan Rasulullah tercinta dan para Shahabat. Tausiyah ini kemudian diakhiri dengan pekikan, “ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD!” Aku tergetar mendengarnya.

Di saat yang genting itu, kami mendengar bunyi mobil datang. Gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa-gesa sembari memberi komando agar pelaksanaan eksekusi ditunda.

Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Qutb, lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata dengan bibir bergetar, “Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap Anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang sangat pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda akan diampuni”.

Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata, “Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja… Aku bersalah dan aku minta maaf…”

(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid Qutb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Qutb sembari membawa pesan dari rejim thowaghit Mesir, meminta agar Sayyid Qutb sekedar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Naser, maka ia akan diampuni. Sayyid Qutb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, “Telunjuk yang sentiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalatnya, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rejim thowaghit…”. Pent)

Sayyid Qutb menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging di bibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa Beliau berkata, “Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan Akhirat yang abadi”.

Perwira itu berkata, dengan nada suara bergetar karena rasa sedih yang mencekam, “Tetapi Sayyid, itu artinya kematian…”

Ustadz Sayyid Qutb berkata tenang, “Selamat datang kematian di Jalan Allah… Sungguh Allah Maha Besar!”

Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak mampu berkata apa-apa. Kami menyaksikan gunung menjulang yang kokoh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda eksekusi untuk dilanjutkan.

Segera, para eksekutor akan menekan tuas, dan tubuh Sayyid Qutb beserta kawan-kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan menjalani eksekusi itu mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama-lamanya… Mereka mengucapkan, “Laa ilaha illah Allah, Muhammad Rasulullah…”

Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk bertobat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadi hambaNya yang sholeh. Aku sentiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosaku, serta menjaga diriku di dalam iman hingga akhir hayatku.



Diambil dari kumpulan kisah: “Mereka yang kembali kepada Allah”
Oleh: Muhammad Abdul Aziz Al Musnad
Diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Amin Taufiq.

Courtesy: Al Firdaws English Forum

ARRAHMAH.COM

Selasa, 25 Agustus 2009

Angan Tak Terungkap

Merajut mimpi menyulam asa.

Berenang diantara tumpukan harapan.

Duh eloknya sang pemimpi yang terdiam!

Hanya mampu sebatas khayalan dan bimbang.

Hanya itukah yang kau bisa?

Terdiam berpangku tangan!??

Hanya mampu melambai ternganga penuh angan!!!!

Tangerang 2009

Rabu, 20 Mei 2009

Nasib Baik dan Buruk



Nasib baik dan nasib buruk, siapa yang tahu? Dalam hidup ini, kadang sesuatu yang kita prediksikan berbeda dengan realitas yang terjadi. Sehingga, hal itu menjadi sebuah masalah dan selalu mengganggu pikiran. Seseorang yang kuat mentalnya, mungkin bisa menerima dan tabah. Namun bagi orang yang tidak kuat mentalnya bisa menyebabkan frustasi bahkan depresi, bersikap apatis terhadap makna yang telah terjadi, padahal disetiap kejadian banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kehidupan mendatang.
Ikhlas, adalah sebuah jalan untuk menghindari frustasi yang diakibatkan oleh harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Namun ikhlas dalam konteks ini bukanlah ikhlas yang menerima apa adanya. Ikhlas di sini adalah mengakui sebuah kejadian pahit yang terjadi, sebagai rangkaian dari hidup, yang kita jalani. Jika ikhlas diartikan sebagai hal yang demikian, maka untuk bangkit dari sebuah ketepurukan tidaklah sulit. Bahkan dengan bermodalkan pengalaman sebelumnya, kita bisa melangkah pasti dengan menjadikan pengalaman itu sebagai rambu-rambu dalam mengambi keputusan hidup. Seperti yang ditegaskan dalam Al Quran surah An-Nisa, Allah SWT berfirman: “Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS AN-Nisa: 146)
Keikhlasan untuk menerima suatu kejadian pahit juga harus ditopang dengan sikap memaafkan. Karena dengan memaafkan, hati ini akan terasa lega. Apapun kejadiannya, dengan sesama manusia atau sedang ditimpa kemalangan, insya Allah semua akan kembali seperti sedia kala. Dari Abu Hurairah Radiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Suatu sedekah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan menambah kepada seorang hamba yang suka member maaf kecuali kemuliaan, dan seseorang tidak merendahkan diri karena Allah kecuali Allah mengangkat orang tersebut." (HR. Muslim)



Sesungguhnya suatu kejadian dalam hidup, entah itu baik ataupun buruk tergantung dari penilaian kita. Oleh karenanya, ketika suatu kejadian yang dinilai pahit itu datang, hendaklah kita memaafkan dan mengikhlaskan kejadian itu. Dan kita harus menerima karena hal itu adalah bagian dari hidup yang kita jalani. Dengan demikian insya Allah, hati ini akan tenang dan jauh dari frustasi bahkan depresi. Dan nantinya tidak akan ada satupun calon anggota legistatif yang depresi akibat tidak terpilih. Dan mereka akan bangkit serta membangun bangsa ini maju walaupun tidak duduk dalam parlemen.

(tulisan ini pernah dimuat pada koran harian umum nasional Republika, pada rubrik Hikmah)

ILMU

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')

Hadis di atas merupakan sebuah landasan bagi setiap muslim untuk selalu menuntut ilmu dalam keadaan senang maupun susah, bahkan sampai keliang lahat. Ilmu bisa dijadikan sebuah alat untuk mencari kemuliaan dunia. Namun, ilmu juga bisa digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Setiap orang berilmu, pasti memiliki suatu pegangan dalam hidup guna menapaki jalan yang berliku. Berbeda dengan seorang yang tidak memiliki ilmu. Ia akan berpegaan kepada apapun yang ia temui. Ia tidak menelaah terlebih dahulu, apakah pegangan itu akan membantunya atau justru membuat ia menjadi hancur. Dan Allah SWT pun memuji sekalugus memberi ganjaran bagi mereka yang senantiasa menuntut ilmu. “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Dalam sebuah konsep jihad pun, kita pastilah mengenal konsep jihad bi qalam. Konsep jihad ini berarti seorang muslim dituntut untuk memuliakan agamanya dengan terus menuntut ilmu dan menyebarkannya seseluruh penjuru dunia. Karena dengan hal itu maka islam akan tersiar dan diterima dengan mudah, serta tidak dipaksakan. Seperti pada jaman kekhalifahan yang di pimpin oleh Harun Ar Rasyid. Dimana seluruh orang berbondong-bondong masuk ke bagdad untuk menuntut ilmu di negeri seribu satu malam itu. Hal ini sesuai dengan firman Allah surah Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Mujadillah: 11)

Sebuah ilmu ibarat sebuah pedang, yang mana dengan pedang itu kita dapat menaklukan zaman. Dan seorang yang berdiri tanpa ilmu adalah seorang tanpa senjata yang selalu dalam keadaan bahaya kapanpun dan dimanapun ia berada. Wallahua’lam bisawab.

Kamis, 16 April 2009

IKHLAS

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)[1]

Kedudukan Hadits
Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah, dan hadits Nu’man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara halal dan haram tersebut ada yang mustabihat (hadits Nu’man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits Aísyah).

Setiap Amal Tergantung Niatnya
Diterima atau tidaknya dan sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan maupun keyakinan hati.

Fungsi Niat
Niat memiliki 2 fungsi:
1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal (ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara amal ibadah dengan amal kebiasaan.
2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang lainnya.

Pengaruh Niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah
Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup 2 hal:

1. Niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat yang dipakai oleh fuqoha’.

2. Niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah lain: Ikhlas.
Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai berikut:

a. Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah tersebut batal.

b. Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal, maka ada 2 keadaan:
- Jika ia menghapus niat yang awal maka seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak menghapus niat yang awal, maka amal tambahannya batal.

c. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka tidak membatalkan amal.

Beribadah dengan Tujuan Dunia
Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. Amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.

Hijrah
Makna hijrah secara syariát adalah meninggalkan sesuatu demi Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah artinya mencari sesuatu yang ada disisi-Nya, dan demi Rasul-Nya artinya ittiba’ dan senang terhadap tuntunan Rasul-Nya.

Bentuk-bentuk Hijrah:
1. Meninggalkan negeri syirik menuju negeri tauhid.
2. meninggalkan negeri bidáh menuju negeri sunnah.
3. Meninggalkan negeri penuh maksiat menuju negeri yang sedikit kemaksiatan.

Ketiga bentuk hijrah tersebut adalah pengaruh dari makna hijrah.

Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id

Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam

Minggu, 12 April 2009

Raja Dengan Penunggang Singa



Kisah ini menceritakan tentang seorang sultan yang bernama Abu Faris Syah Al-Karmani. Pada suatu hari baginda keluar berburu bersama-sama dengan pengawal-pengawal baginda. Semasa baginda merayau mencari binatang buruan, tiba-tiba terlintas binatang di hadapan baginda. Tanpa membuang masa, baginda mengejar binatang tersebut sehinggalah baginda sampai ke suatu kawasan tanah lapang. Baginda tidak menyedari bahawa pengawal-pengawal tidak bersamanya semasa baginda mengejar binatang tersebut.

Sambil mencari binatang yang dikejarnya tiba-tiba muncul seorang pemuda menunggang seekor singa yang sangat besar. Bersama-samanya terdapat dua ekor singa lagi mengiringi pemuda tadi. Melihat singa-singa tersebut baginda sangat takut dan cuba hendak lari tetapi tidak berjaya kerana kakinya tidak terdaya untuk melangkah. Pemuda itu menghampiri baginda dan memberi salam. Baginda menjawab salam pemuda itu. Pemuda itu berkata "Wahai Abu Syah, kenapakah tuanku sangat lalai kepada Allah Taala, tuanku sangat mengutamakan dunia daripada akhirat, tuanku sangat kasih kepada dunia dan sangat lalai kepada Allah Taala".

Baginda sangat heran tentang tingkah laku pemuda ini karena semenjak baginda memerintah tidak ada yang berani berkata demikian kepadanya. Baginda tidak dapat berbuat apa-apa lidahnya kelu tidak dapat berkata-kata. Pemuda itu menyambung lagi " Tahukah tuanku bahawa dunia yang dikurniakan oleh Allah adalah sebagai suatu jalan untuk berkhidmat kepadaNya dan bukan untuk bersenang-senang sehingga melalaikan diri" Pemuda itu terus memberi nasihat pada sultan Abu Syah sehingga pemuda itu berasa penat. Tidak lama kemudian muncul seorang perempuan tua membawa secerek air dan diberikan kepada pemuda itu. Setelah selesai meminumnya pemuda itu menawarkan air itu kepada baginda seraya berkata "Minumlah air ini, airnya sungguh nikmat". Baginda mengambil air itu dan terus meminumnya, dan ternyata air itu sungguh nikmat seperti yang dikatakan oleh pemuda itu. Selesai minum baginda menyerahkan kembali cerek air itu kepada perempuan tadi dan tiba-tiba perempuan telah hilang dari pandangan mata.

Baginda sungguh heran melihat keajaiban yang terjadi lalu bertanya kepada pemuda itu "Siapakah perempuan itu, sungguh ajaib sekali ia muncul dengan tiba-tiba dan hilang juga dengan tiba-tiba". Sambung baginda lagi "Katakan kepada ku siapakah perempuan itu dan ke manakah dia pergi?". Pemuda itu menjawab "Dia telah kembali ke tempat asalnya" Baginda tidak faham apa yang dikatakan oleh permuda itu. "Beritahulah siapa sebenarnya perempuan itu" kata baginda. Pemuda itu menjawab "Dia adalah dunia, yang dijelmakan oleh Allah untuk memberi khidmat kepada ku dan dia akan muncul pada bila-bila masa apabila aku memerlukanya" Pemuda itu berkata lagi " Tidakkah tuanku mendengar Allah berfirman: wahai dunia, sesiapa yang berkhidmat kepada Ku, hendaklah kau berkhidmat kepadanya dan siapa yang berkhidmat kepada mu, maka tunggangilah dia".

Selepas berkata-kata pemuda itu terus berlalu dari situ. Sultan Abu Syah masih lagi terpaku disitu seoleh-olah tidak percaya apa yang telah berlaku dan adakah ia sedang bermimpi. Tidak lama kemudian, pengiring-pengiring Sultan Abu Syah datang mencari baginda. Semenjak dari peristiwa itu Sultan Abu Syah memikirkan apa yang telah terjadi dan tidak lama kemudian Sultan Abu Syah turun dari takhta dan menyerahkan pemerintahan kepada saudaranya. Baginda telah bertaubat dan terus mengembara untuk lebih mengenali Allah sehinggalah baginda menjadi hamba yang soleh.

Selasa, 24 Februari 2009

Mahabbah


Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang lemah. Dalam menjalani ujian hidup, terkadang dirasakan sangat sulit dan berat. Banyak kita temukan orang-orang yang putus asa dan kecewa dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT sehingga dirinya menjadi kufur.

Allah SWT yang mempunyai sifat Ar-rahman dan Ar-rahim, tentu tidak pernah salah dalam memberikan rahmat dan cobaan kepada hambanya. Karena sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui tentang segala apapun yang pantas diberikan kepada hamba-hamba-Nya.

Mahabbah, atau cinta adalah konsep yang ampuh bagi manusia dalam mengatasi semua masalah yang ada pada dirinya. Arti cinta disini adalah cintanya seorang hamba terhadap Allah SWT yang melebihi dari apapun. Tidak menyekutukan-Nya, menjalankan apa yang diperintahkan-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita semua sepakat hanya Allah yang mampu menjadi sandaran seorang hamba ketika ia dalam keadaan sedih dan susah. Dan kita tahu bahwa, seorang hamba akan kembali menuju suatu Dzat Yang Maha Kekal yaitu Allah SWT. Hal ini dipertegas dalam Alquran, surat al-Hasyr ayat 22-23 yang artinya, “Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan,Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.”.

Cinta kepada Allah menjadikan hati tentram dan damai, seolah-olah dunia datang kepada kita. Cinta kepada Allah juga menjadikan kita selalu optimis dalam menghadapi sebuah realita kehidupan. Oleh karenanya, kita diwajibkan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT, karena alam semesta ini adalah kepunyaan-Nya. Layaknya seperti seorang kekasih yang dekat kepada orang yang dicintainya, kenapa kepada Tuhan yang menciptakan, kita tidak mendekatkan diri pada-Nya. Kita bisa belajar dari sahabat Rasulullah Saw yang bernama Ustman bin Affan r.a. Kecintaanya kepada Allah mendorong ia menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Namun pada kenyataanya Allah membalas cintanya dengan surga, bahkan di dunia ia tidak dijadikan seorang yang miskin dan kekayaannya berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya.” (HR. Al Hakim) Wallahu a’lam bish shawab.

Senin, 16 Februari 2009

Arti Sebuah Maaf




Manusia adalah tempat salah dan dosa. Sebagai makhluk yang lemah, kadang kesalahan yang diperbuatnya membuat luka dan membekas dalam jiwa. Tak terkecuali bagi seorang muslim, sebuah canda saja dapat berubah menjadi menyakiti perasaan dan membuat dendam.

Rasulullah saw bersabda “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan. Dimana setiap bagian saling menguatkan” (HR Muslim). Dari hadis tersebut kita tahu, sesungguhnya setiap muslim adalah saudara. Jika ada perselisihan diantara mereka, hendaklah bermusyawarah. Jika terjadi kebuntuan, diharapkan salah satu diantara keduanya mengalah, setelah itu saling memberi maaf dan meminta maaf.
Memberi maaf adalah perbuatan mulia. Banyak orang yang tidak dapat memberi maaf atas kesalahan orang lain. Maka yang timbul adalah sebuah penyakit hati seperti iri, dengki, senang melihat penderitaan orang lain, senang melakukan ghibah, su’uzhon dan lainnya. Kita sebagai umat yang ingin mendapat rahmat Allah SWT, hendaklah bisa untuk memaafkan kesalahan orang lain. Karena baik untuk kita, dan baik pula untuk orang yang memiliki kesalahan pada kita.

Ada beberapa keuntungan yang didapat ketika kita memberi maaf. Pertama, seseorang yang memberi maaf akan dilapangkan hatinya, dan dijauhkan dari sifat iri, dengki, su’uzhon dan penyakit hati lainnya. Kedua, dapat menyabungkan tali silaturahim yang sempat terputus ketika terjadi perselisihan. Sehingga mendapat rizki dari Allah SWT. Rasulullah saw, bersabda. “Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi)” (HR Anas bin Malik). Ketiga, dijauhkan dari murka Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah Membenci permusuhan diantara kaum muslimin. Allah lebih menyukai persaudaraan dikalangan kaum muslimin. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At-Taubah : 71).



Hubungan persaudaraan yang baik antara antara muslim yang satu dengan muslim lainnya, merupakan sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan Allah telah menggariskan bahwa mukmin itu bersaudara. Itulah sebabnya, segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkukuh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan.

Selasa, 10 Februari 2009

Sekilas Tentang Masochism


Merupakan kategori gangguan seksual dari paraphilias, yang berarti “abnormal atau atraksi yang tidak alami”, yaitu menunjukkan keterangsangan seksual sebagai respon terhadap stimulus yang tidak biasa. Masokisme merupakan penyimpangan seksual dimana orang mencapai kepuasan seksualnya, disertai dengan derita yang dialaminya. Jadi si penderita tidak akan merasakan kepuasan seksual jika tidak disakiti, disiksa, dipukuli, dll oleh pasangan seksualnya. Penderita tidak dapat merasa cinta jika tidak banyak menderita dan merasakan rasa sakit.

Selain dalam setting diatas, kepribadian masochism juga dapat terjadi pada setting selain hubungan seksual. Misalnya, dalam rumah tangga. Seorang suami selalu menyiksa istrinya dengan kata-kata yang kasar ataupun dengan makian dan hinaan. Si istri yang mendapat stimulus eksternal seperi itu pada awalnya merasa sakit hati dan sedih.

Namun ia tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga lama kelamaan dirinya menjadi “kebal” terhadap siksaan verbal itu, menganggap itu suatu hal yang biasa dan tidak merasa sakit hati lagi. Dengan begitu pun si istri juga dapat disebut memiliki kepribadian masochism.

Dari sudut pandang psikoanalitik, penyebab masochism adalah rasa bersalah akan seks tetapi mampu untuk menikmatinya sepanjang ia dihukum untuk melakukan itu.
Masochism biasanya ditemukan pada masa dewasa awal dan seringkali dimulai dengan permainan masokistik dan sadistic selama masa kanak-kanak

Penyebab masochism juga bisa berasal dari pengalaman traumatik di masa kanak-kanak seperti penganiayaan seksual atau fisik dan hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak tersebut juga biasanya mengalami gangguan.
Bisa jug timbul karena fantasi seksual yang tak pantas ditahan, dan menjadi lebih kuat jika hal itu terlarang.

30% perilaku masochism juga berpartisipan pada perilaku sadisme.

Sumber: Kesehatan Mental (Prof.Dr Dzakiah Darajat)

Sekilas Tentang Narsistik


Narsistik merupakan rasa cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri. Si sakit haus dan sangat membutuhkan akan perhatian dan pemujaan dari orang lain. Penderita tenggelam dalam keasikannya menikmati perhatian yang diberikan oleh orang lain dan menunjukkan kepentingan pribadinya secara berlebihan sehingga tidak mampu berempati dan merasakan perasaan orang lain serta sangat sensitive terhadap kritik. Dan juga hanya peduli terhadap dirinya sendiri. Orang narsisitik juga cenderung prefeksionis dan ambisius.

Contoh yang dibahas adalah seorang pria yang memiliki prestasi karir yang baik dan selalu saja membicarakan kesuksesasan dan hal-hal seputar dirinya terutama tentang segala kelebihan-kelebihan dan prestasi-prestasi yang telah dicapainya. Ia selalu senang jika diperhatikan, dikagumi, dan dipuja orang dan akan langsung pergi dan tidak berminat jika orang-orang membicarakan hal selain dirinya. Dan orang tersebut juga terkesan egois karena tidak bisa memahami perasaan orang lain. Setelah diteliti lebih lanjut ternyata pria tersebut melakukan kelakuan seperti itu untuk menyingkirkan perasaan tidak adekuat dan self-esteem yang rendah. Dan apapun prestasinya yang telah ia capai tidak pernah cukup untuk menenangkan keraguan dalam dirinya.

Dari contoh diatas dapat disimpulkan pemicu-pemicu terjadinya narsistik bisa karena rendahnya self-esteem pada diri seseorang bisa juga karena ragu-ragu dan rendahnya rasa percaya diri pada diri sendiri.

Namun sebetulnya Narsistik itu merupakan potensi yang ada pada seriap diri manusia. Namun, jika tidak dapat dikontrol maka akan menjadi kelainan/ disorder.

Sumber: Kesehatan Mental "Prof.Dr Dzakiah Darajat"

Senin, 09 Februari 2009

9 LANGKAH SUKSES


1. Aku dilahirkan untuk menjadi PEMENANG
Keyakinan pertama yang harus aku miliki sebagai anak manusia adalah keyakinan bahwa aku dilahirkan untuk menjadi Pemenang. Aku percaya bahwa tidak mungkin Allah menciptakan aku ke dunia ini, tanpa alasan apapun. Tidak mungkin! Pasti ada alasannya.

2. Memang diperlukan keberanian untuk melangkah maju ke depan. Namun, bagaimana berani kalau aku tetap diam di tempat?. Kesalahan yang terbesar adalah aku tidak pernah melakukan sesuatu, bahkan mencobanyapun “gak” pernah, malah pikiran aku sering “merancang” imajinasi rasa sakit yang belum tentu terjadi dari sebuah kesalahan atau kekeliruan di masa mendatang. Astaga, ngeri sekali bukan? Karena aku merancang ketakutan, maka seringkali aku hanya berdiam diri. Namun aku sebenarnya percaya bahwa…

3. Daripada hanya berdiam diri, melangkah dan mungkin tergelincir adalah pilihan yang jauh lebih baik! Ada banyak pelajaran di sana…

4. Orang yang berani bangkit dan belajar dari kegagalan adalah PEMENANG SEJATI!

5. Apa pun SAYA BISA jika saya mau!

6. Hidup ini adalah pilihan. Aku memilih menjadi orang yang bahagia ….

7. Semakin aku fokus pada impianku. Semakin cepat aku mencapai impianku.

8. Berhentilah menunggu kondisi membaik. LAKUKAN SESUATU agar kondisi membaik.

9. Aku bekerja dengan sungguh-sungguh. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh.

“hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihatlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (SUKSES).” Al Maidah : 35


Writed by : Asep Khairul Gani S.psi (my best Teacher In NLP & Hypnotherapi)

Minggu, 08 Februari 2009

Pengalaman Training

Training Motivation at STT-PLN Jakarta.





Training Outbond Rohis SMA 5 Tangerang.



Agus Setyadi H.



Mengisi games pada acara Sarasehan Iqra Club Tangerang.



Agus Setyadi bersama Trainer Senior, Abdurrahman Shaleh M.si, pada acara Training Of Trainer di Jakarta.

Workshop Menulis



Tepat pada hari Jumat, tanggal 6 februari saya menemani saudara R.W Dodo pada sebuah Workshop tentang jurnalistik. sungguh pengalaman yang berharga. Semoga dilain kesempatan kita dapat bersama kembali.

TAHAJUD



TENTANG SHALAT
Shalat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk dalam proses perjalanan spiritual yang penuh makna, dilakukan oleh seorang manusia untuk bertemu dengan Tuhan Semesta Alam. Shalat merupakan konsep yang sesuai dengan fitrah manusia. Diibaratkan seperti ruh yang lepas dari raga dan bertemu Tuhan Yang Maha Agung yang telah menciptakannya. Inilah kenapa Rasulullah SAW mengatakan bahwa shalat itu merupakan mi’raj-nya orang-orang mukmin.

Jalan spiritual shalat merupakan konsep jiwa yang memiliki kecenderungan untuk kembali kepada Yang Maha Tak Terbatas, Maha Tak Terjangkau, dan Maha Tak Terdefinisikan. Dengan mengarahkan jiwa manusi ke sebuah Zat tersebut yang taK lain adalah Allah SWT, maka jiwa-jiwa manusia akan merasakan seperti kembali dan tidak terkungkung oleh sesuatu apapun yang mengikatnya. Hal ini sesuai dengan konsep pada psikologi transpersonal, Aku mencari dan mengarah kepada Sang Aku yang kekal.

Shalat Tahajud
Allah SWT telah mensyariatkan shalat sunnah untuk meningkatkan amal manusia dan menutupi kekurangan dan kelalaian yang ada. Sebagaimana diperintahkan. Dan shalat tahajud adalah shalat sunah yang paling utama.

Banyak keistimewaan yang terdapat dalam shalat tahajud. Ada sebuah kisah yang dituturkan oleh Ibnu Umar ra. Bahwasannya ada seseorang di masa Rasulullah SAW, bermimpi kemudian mimpi tersebut di beritahukan kepada Rasulullah SAW. Saat ia tidur di dalam masjid ia bermimpi sedang dibawa oleh malaikat ke Neraka. Ternyata neraka itu berupa sumur yang dibangun atas dua tanduk. Kemudian orang itu berucap “Aku berlindung kepada Allah dari Neraka!” kemudian ibnu Umar melanjutkan ceritanya, ‘malaikat yang lain menemuinya seraya berkata, ‘Jangan takut’ Akhirnya seseorang itu menceritakan mimpi kepada hafsah dan dia menceritakannya kepada Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda:

“Sebaik-baik hamba Allah adalah Abdullah seandainya ia melakukan shalat pada sebagian malam.”

Akhirnya Abdullah tidak pernah tidur di malam hari kecuali shalat pada sebagian malam saja.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan tentang istimewanya waktu malam. Ia berkata : “Al-Mahlabi mengatakan Nabi Daud AS, mengistirahatkan dirinya pada awal malam lalu ia bangunpada waktu Allah di mana Allah menyeru ‘Adakah orang yang meminta?, niscaya Aku akan berikan permintaanya!’ lalu ia melakukan shalat tahajud kemudian melanjutkan tidurnya kembali. Waktu tidur itu adalah waktu sahur. Lalu ada seseorang bertanya ‘apakah Allah akan bosan terhadap permintaan hamba-Nya?’ lalu Rasulullah bersabda: “sesungguhnya Allah tidak akan pernah bosan sampai kalian sendiri yang merasa bosan.”

Dari penjelasan di atas kita telah tahu tentang keutamaan syariat shalat tahajud. Maka pantaslah bila ada suatu ungkapan “ seburuk-buruk keadaan orang mu’min adalah ketika sedang tidur, karena ketika bangun ia senantiasa ingat kepada Allah dan taat menjalankan perintah-Nya.

Shalat Tahajud Membentuk Kepribadian Yang Baik
Dalam menjalankan shalat tahajud dapat menciptakan kepribadian yang baik. hal itu didapat setelah melakukan shalat tahajud dengan baik (khusuk,tertib hingga sempurna) sehingga dapat mendapat hikmah dari shalat tersebut.

Baik dalam Al Quran maupun hadist banyak yang menerangkan tentang keutamaan dan keistimewaan shalat tahajud. Salah satu ulama ternama Muhammad bin Munkadir mengatakan “ tidak ada satu kenikmatan pun yang tersisa di dunia ini kecuali tiga perkara, shalat Tahajud, Bersilaturahim, dan shalat berjamaah.

Melaksanakan shalat Tahajud merupakan perjuangan yang sangat berat. Karena ia dilaksanakan pada saat manusia sedang terbuai dalam alunan mimpi. Oleh karenanya setiap hamba Allah yang melakukan shalat tahajud akan tercipta kepribadian kuat dan tangguh.

Kemudian shalat tahajud pun juga membuat seseorang menjadi lebih percaya diri, karena ia yakin Allah akan memecahkan masalah dari setiap langkah hidupnya. Hal ini berpegangan pada surah Al Isra ayat 79:

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Selain itu seseorang yang melaksanakan shalat tahajud juga digolongkan ke dalam orang-orang yang mudah bersyukur. Hal ini diperoleh dari hadis nabi:

Mughirah bin Syu'bah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah bangun untuk shalat sehingga kedua telapak kaki atau kedua betis beliau bengkak. Lalu dikatakan kepada beliau, 'Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu dan yang kemudian, mengapa engkau masih shalat seperti itu?' Lalu, beliau menjawab, 'Apakah tidak sepantasnya bagiku menjadi hamba yang bersyukur?

Sahih Bukhari “kitab Tahajud” no 587

Dalam garakan-gerakan shalat, bila dicermati mengandung sebuah hikmah:
1. Niat, satu kepribadian yang dalam bertingkah laku memiliki motivasi tertuju pada Allah SWT.

2. Dimulai takbir dan diakhiri salam, satu kepribadian yang dalam bertingkah laku diawali penyucian diri melalui bacaan Allah Akbar (Allah Maha Besar) dan diakhiri dengan realisasi diri horizontal melalui bacaan salam. Al salam mualaikum warohmatullahi wabarakatuh (salam sejahtera untuk kalian dan semoga rahmat Allah tetap pada kalian).

3. Berdiri, ruku’, I’tidal. Sujud dan duduk diantara dua sujud. Satu kepribadian dinamis, luwes dan mampu menempatkat diri sesuai dengan situasi dan kondisi sesuai dimana ia berperilaku.

4. Membaca surat Al Fatihah, satu kepribadian yang menjadi pioneer atau pelopor kehidupan. Kemudian Al Fatihah sendiri dapat membentuk pribadi yang senantiasa berkomunikasi dan berinteraksi secara ilahiah.

5. Tuma’ninah. Suatu kepribadian yang tenang, rileks dan santai setelah melakukan jeda sejenak dalam melakukan aktivitas kehidupan. Tuma’ninah juga sebagai isyarat individu senantiasa menikmati dan merasakan ketenangan dalam setiap momen kehidupan.

6. Tasyahud akhir, satu kepribadian yang selalu memberikan penghormatan. Penghormatan yang pertama kepada Allah SWT, lalu kepada Nabi-Nya, kepada diri sendiri dan pada para Hamba-hamba-nya yang saleh.

7. Salawat Nabi, satu kepribadian yang tunduk patuh serta mengikuti sunah-sunah Rasul-Nya, yang disimbolkan dengan mengucapkan salawat kapada Nabi Muhammad SAW dalam shalat.
Sumber: Abdul Mujib “Kepribadian Dalam Pandangan Psikologi Islam” hal 10

Semoga dengan shalat Tahajud ini dapat merubah diri pribadi menjadi lebih baik. Wallahu'lam bishshowab

Cermin


Anda pasti tahu cermin dan kerap menggunakannya sehari−hari. Apalagi bagi mereka yang senang menjaga penampilannya. Dengan bercermin, ia menjadi tahu bagian mana yang kurang atau sudah pas dalam penampilannya. Warna atau motif yang digunakan, apakah sudah cocok dengan postur tubuh dan warna kulit, sang cerminlah yang akan mengatakan cocok atau tidaknya bagi si pemakai.

Bayangkanlah, apa jadinya bila Allah SWT tidak menciptakan cermin bagi diri kita? Boleh jadi, seseorang yang berpenampilan buruk rupa akan merasa bahwa dia adalah yang paling mulia sejagad raya, atau sebaliknya seseorang yang rupawan takkan tahu bahwa ada kelebihan dari dirinya yang mesti dipertahankan.

Namun pernahkah anda bercermin dari suatu peristiwa yang tarjadi ?, baik bercermin dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Bercermin atas kejadian luar biasa dan kemudian mengambil hikmah dan pelajaran berharga untuk dinikmati dalam memperbaiki penampilan diri kita?.

Namun persoalannya, tidak semua dari kita mampu melakukan itu. Suatu kejadian yang Alloh SWT hadirkan dalam kehidupan kita semuanya memiliki makna bila kita selami lebih dalam lagi. Dan bagi orang−orang yang beruntunglah yang mampu melihat hikmah atas peristiwa apapun, sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al−Quran :

Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki−Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar−benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang−orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (Al−Baqarah : 269).

Hari ini, dimana bulan pembuka di tahun 2007 mengawali waktu kita, pasti ada peristiwa−peristiwa di belakang masa yang berarti buat kita. Dan tak ada sesuatu yang paling berkesan selain mengambil pelajaran (hikmah) untuk kemanfaatan di depan masa yang sedang menanti. Rasulullah berpesan dengan sabdanya bahwa Hikmah adalah barang seorang muslim yang hilang dan siapapun yang menemukan, maka menjadi miliknya.

Bisa dipastikan, seseorang yang rajin bercermin akan lebih arif dalam melihat diri dan sekitarnya. Seperti sabda rasul, bahwa pelajaran itu berserakan di jalan, siapapun yang bisa mendapatkan maka menjadi miliknya. Di sinilah diperlukan keahlian khusus dalam melihat setiap persistiwa.

Bisa jadi, kalau kita tertusuk duri bisa ditafsirkan sebagai kesialan ketimbang hikmah. Namun bagi sang pengambil hikmah seperti halnya Lukmanul Hakim yang namanya diukir dalam Al−Quran, peristiwa itu dipahami sebagai bentuk penyelamatan Allah terhadap dirinya dari kebakaran yang akan membinasakannya.


(bencana surat cinta dari Allah untuk mengingatkan hambanya kembali pada-Nya)

Lalu, bagaimana dengan bencana banjir yang baru saja kita lewati? Apakah itu bencana? Ataukah ujian? Periksalah kembali diri kita ketika tampil di hadapan Sang Khaliq. Barangkali, kita terlalu enggan menata diri dengan penampilan terbaik saat bersujud dalam AsmaNya. Seandainya kita belajar dari kisah Luqman di atas, bukankah indah peristiwa buruk sekalipun ada pelajaran berharga yang mungkin terserak dan tak ada yang memetiknya barasng secuil pun.

Jadi, keahlian khusus yang seyogyanya dipelajari mulai saat ini adalah penanaman husnuzhon (baik sangka) kita terhadap peristiwa yang Allah berikan setiap harinya. Melihatnya bukan hanya dari kacamata kebaikan kita, tetapi melalui kacamata kebaikan Allah untuk kita.

Sehingga, bisa jadi perbaikan diri kita akan lebih mudah manakala kita mampu berkata jujur ketika hikmah datang dari peristiwa di hadapan mata kita. Dan sesungguhnya, tak ada yang lebih nikmat selain memperbaiki diri setiap hari sebagaimana pesan Khalifah Umar ra, "Hisablah (amal) dirimu sebelum engkau dihisabNya di hari kiamat". Lalu, adakah sesuatu yang lebih indah dari kesadaran ini? Wallahu'lam bishshowab

Sumber: PKPU Online. Ditulis oleh Lufti Avianto

Kamis, 29 Januari 2009

Untaian Hikmah

Dalam kepribadian ada satu hal yang tidak bisa dirubah, yaitu Temprament. Selain daripada temperament semua bisa diubah, tergantung kita mau mengubahnya atau tidak.(perubahan butuh usaha, butuh tenaga, dan butuh sebuah motivasi yang dahsyat).
Kita tahu bahwa semua orang yang ingin mendapatkan hidup enak, kaya, dan serba ada. Namun berapakah orang yang mau mengusahakan untuk mendapatkan itu. Kita juga tentu tahu bagaimana seorang promotor sukses ketika berusaha, berjuang, dan berupaya. Ya….. kita sama-sama tahu, seorang promotor sukses itu harus bisa mengubah kebiasaannya, tekun, kreatif, berani, percaya pada dirinya bahwa ia bisa, memiliki cinta, menghilangkan Blok Mental (negative thingking, menunda-nunda), keuletan, dan kerja cerdas.

Semua orang memiliki hak yang sama di dunia ini, termasuk menjadi kaya. Namun itu semua adalah pilihan bagi setiap orang. Ketika ia malah malas, pesimis, suka menunda-nunda, kita tentu tahu bahwa pilihannya adalah menjadi orang yang gagal. Saya mendapat pesan dari guru saya… seorang motivator, seorang hipnoterapi & NLP-er, seorang ustad pula bernama Asep Khairul Gani. Pesannya adalah: “setiap manusia dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, karna pada dasarnya ketika ia hidup sebenarnya hidupnya dia juga adalah sebuah masalah. Dimana nanti ia akan mempertanggung jawabkan segala urusannya di akhirat”. Dari peryataan diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap orang bisa melakukan sesuatu hal yang luar biasa. Teringatkah kita ketika kita masih berupa sel sperma. Sel sperma untuk menjadi sebuah zigot(bakal bayi), yang diterima pada ovum hanya satu sperma. Padahal jumlah sperma yang diluncurkan jumlahnya hingga berjuta-juta. Siapakah yang satu itu?. Itu adalah anda. Saya yakin anda tahu apa yang harus dilakukan ketika anda ingin sukses menjadi sebuah promotor. Dimulailah yang kecil-kecil dahulu menjadi promoter sukses tidak langsung jadi. Karena ada sebuah proses yang harus kita lewati.

Ditulis oleh: Agus Setyadi H.

Selasa, 27 Januari 2009

Tentang Akhlak (Bag 2)

Manusia adalah makhluk yang Dhaif, dikarenajan keimanannya yang fluktuatif (naik-turun). Keimanan manusia yang erat dengan ruhaniahnya. Dalam arti ketika ruhaninya mengalami peningkatan, kemimananya pun juga mengalami peingkatan. Dinamika ruhani tergantung bagaimana daya-daya ruhani tersebut menjalankan fungsinya. Ketika ruhani manusia itu bersih maka akan menjadikan akalnya menimbang sesuai dengan ketentuan Allah. Akal tidaklah bekerja sendiri karena ada hati yang memilih. Dimana hati ketika suci ia akan mendapat pencerahan dari Allah SWT. Kemudian bagaimanakah terbentuknya sebuah Akhlak?. Akhlak terbentuk diawali dengan niat. Kita sudah membicarakan niat bermula dari sebuah ide, yang kemudian menguat menjadikan sebuah Azam(tekat kuat) hingga ia menjadi niat. Saya akan gambarkan dalam sebuah bagan bagaimana sebuah niat menjadi sebuah akhlak.

Niat => Perilaku => Kebiasaan => Akhlak

Dari bagan diatas bisa tuliskan hal itu bermula dari sebuah wacana ke dekonstruksi menuju rekronstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. perilaku dilihat dari kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikkan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dinaikan hal itu menjadi sebuah akhlak. Paatokan ia sudah menjadi sebuah akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Paling dekat dengan aku (rasulullah) kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Ar-Ridha)

Mengenai bisikan batin bisa dijelaskan ketika manusia hendak melakukan sesuatu hal maka akal bekerja menimbang baik dan buruk. Dari akal kemudian hati (al qalb) lah yang berperan itu akan dilakukan atau tidak. Ketika Allah yang kuat dihatinya maka ketika hal itu bertentangan perintah Allah SWT itu tidak akan dilakukan. Namun manusia memiliki musuh yang tidak terlihat nafsu dan syetan. Ketika syetan membujuk manusia dan nafsunya juga mendorongnya maka ia akan melakukan sagala hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Ditulis oleh: Agus Setyadi H.

Tentang Akhlak (Bag 1)

Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari Khuluqun yang menurut bahasa artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kata-kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khulqun yang berarti kejadian, juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta. Demikian juga dengan makhlukqun yang berarti yang diciptakan. Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam didalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tdak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan Prof. Dr. Ahmad Amin menjelaskan akhlak ialah kehendang yang dibiasakan. Artinya adalah kehendak itu bila dibiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Meskipun kita melihat definisi akhlak berbeda-beda namun maknanya adalah sama. Proses pembentukan berawal dari suatu wacana menuju dekonstruksi kemudian menjadi rekrontruksi jika digambarkan kedalam suatu bagan seperti dibawah ini:

Ide => Kecenderungan => Keinginan kuat => Perilaku

Saya akan memberikan contoh shalat subuh berjamaah. Dalam shalat subuh berjamaah, tidak sembarang orang dapat melakukannya, seperti shalat jumat. Oleh karenanya ada beberapa ungkapan ketika kita ingin melihat berapa banyak kaum Muslim lihat pada shalat jum’at. Namun ketika kita igin melihat berapa banyak orang Mu’min, lihat pada shalat subuh di masjid. Sebelum menjadi akhlak, ia akan berwujud ke perilaku dahulu barulah ketika perilaku sudah baik akan meningkat lagi kearah kebiasaan. Ketika seseorang ingin melakukan shalat subuh berjamaah akan muncul ide terlebih dahulu. dari sebuah ide muncul kecendrungan yang akhirnya menjadi sebuah keinginan yang kuat. Dari keinginan yang kuat, ia berazzam dalam hatinya sehingga menimbulkan suatu yang bernama Niat. Dari niat yang semakin mantap sehingga menjadi sebuah perilaku. Dalam hadis disebutkan :

“Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’(Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)

Ditulis oleh: Agus Setyadi H.